Selasa, 15 Februari 2011

Gunung Merapi "sakit perut"

Tidak ada yang dibayangkan selain kegelisahan yang tidak menentu saat itu. Gunung Merapi yang mungkin sudah sangat kekenyangan ingin memuntahkan semua isi perutnya. Yogya saat itu sangat mencekam (bukan diteror), dimana semua orang yang bukan asli penduduk Jogja (alias :perantau) memutuskan untuk melakukan penyelamatan diri secara mandiri, termasuk saya tentunya. Saat puncak gunung Merapi meletus tepatnya Jumat 5 November 2010, Kami (saya dan teman saya bernama Sidik Permana) memutuskan untuk menuju ke kota Surakarta menuju ke rumah nya Jodhi S Boediono, kebetulan dia sedang ambil cuti dan  baru saja pulang dari Balikpapan untuk menemani Papanya berobat ke Singapore. Alhamdulillah, Kami mendapatkan penginapan sementara di rumah Jodhi untuk menghindar dari "sakit perut"nya Merapi. Seminggu disana dengan kenyamanan layaknya rumah pribadi, kami merasa sudah waktu nya pulang ke Jogjakarta. Selain itu kami juga mendapat info bahwa debu yang keluar dari "perut"nya merapi sudah mulai terbilas oleh hujan yang terus-menerus mengalir(terimakasih Allah). Akhirnya air hujan juga "anak muda"nya.

debunya masih sedikit  (lokasi: jln Sawit Sari E5)
debunya menebal (lokasi :jln kaliurang)
menuju ke Solo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar